APARTEMEN kini mulai dilirik sebagai hunian alternatif di tengah kota. Menurut Ketua Umum Real Estate Indonesia (REI) Teguh Satria, apartemen disukai karena calon penghuni ditawarkan sensasi kemewahan seperti kenyamanan, kemudahan, dan keamanan. Efek prestise dijadikan daya tarik utama.
Dulu, pemilik atau orang yang sewa apartemen jumlahnya terbatas. Apartemen masih dipandang untuk menaikkan derajat ketimbang alasan kebutuhan. Namun, tingkat kemacetan lalu lintas yang terus menghebat, ditambah tidak tersedianya transportasi massal yang memadai, membuat masyarakat harus berpikir seribu kali tinggal jauh di pinggir Jakarta.
Mungkin itulah yang menyebabkan pembangunan apartemen di Jakarta demikian pesat belakangan ini, dan memberikan pasokan ruang apartemen yang amat besar. Rata-rata apartemen yang ditawarkan pengembang dibanderol seharga Rp200 juta per unit sampai miliaran rupiah.
Konsep hijau merupakan konsep apartemen yang saat ini tengah menjadi tren. Di Singapura, misalnya, beberapa apartemen mulai membangun fasilitas bercocok tanam di atas atap apartemen atau yang biasa dikenal dengan food garden. Tujuannya, mengurangi pemanasan global. "Konsep apartemen seperti itu harus bisa menghemat energi," tutur Teguh.
Meski harus merogoh kocek lebih dalam untuk membeli apartemen, bagi yang sudah merasakan tinggal di hunian vertikal ternyata jadi ketagihan. Tak hanya menikmati beragam kelebihan dalam menjalani berbagai aktivitas, seperti lebih mendekatkan diri dengan lokasi kerja, pusat perbelanjaan, hiburan, maupun fasilitas lainnya.
Selain untuk tempat tinggal, ada indikasi apartemen telah dijadikan sebagai investasi. Ini cukup beralasan karena harga sewa apartemen cenderung lebih tinggi dari harga sewa rumah.
Namun, berinvestasi jangka panjang di apartemen kurang menjanjikan dibandingkan dengan berinvestasi rumah atau tanah yang harganya dapat naik secara berlipat ganda.
(sindo//tty)
0 Response to "Apartemen, Konsep Hunian Alternatif di Kota Besar"
Posting Komentar