Kerajinan Bunga Kering Ramah Lingkungan

Isu pelestarian lingkungan mendapat sambutan masyarakat. Pengrajin pun ikut memanfaatkan misi penyelamatan lingkungan ini, seperti dilakukan Arianti, pengrajin bunga kering di Kabupaten Bantul.

Kepada Berita Jogja, Ariati mengatakan, penjualan bunga kering lebih banyak ke manca negara dibanding pasar local (Bunga Papan).

"Pasar mancanegara kami adalah Arab, malaysia, Perancis dan Inggris. Untuk pasar lokal hanya kota-kota besar saja seperti Medan, Makasar, Aceh dan Kalimantan," ungkap Arianti, di pusat kerajinan dan Toko Bunga Kering Ibu Wiryo Jalan Bantul No 134.

Bunga kering tersebut dibuat dari bagian tumbuhan seperti klobot jagung, daun lontar, biji-bijian sebagai aksesoris tambahan. Bagian tumbuhan yang sudah tak terpakai itulah yang mampu menjadi sebuah kerajinan indah.

Proses pembuatan kerajinan bunga kering pada dasarnya tidak sulit. ada beberapa proses pembuatan bunga kering. Misalnya bunga kering dari klobot jagung. Prosesnya hanya melalui beberapa tahap saja.

Klobot jagung awalnya direbus dalam air mendidih. kemudian dijemur sampai setengah kering. Untuk proses selanjutnya adalah pewarnaan. Proses pewarnaan ini air panas dicampur dengan pewarna dan klobot dimasukkan selama kira-kira 15menit kemudian dikeringkan. Setelah kering, klobot yang sudah berwarna tersebut dirangkai menjadi bunga kering.

Untuk proses pembuatan dengan bahan baku lontar berbeda dengan klobot. Daun lontar dibentuk sesuai pola, kemudian direndam dua hari, dikeringkan dan diwarna. langkah selanjutnya diborder agar untuk membentuk lekukan dan dirangkai menjadi bunga kering yang indah.

Omset penjualan Toko Bunga kering Ibu Wiryo mencapai Rp 25 juta tiap bulan. Tiap tangkai bunga kering dijual dengan harga Rp 1.000. Sedang untuk bunga kering dari klobot dengan desain bunga melati setiap tangkainya Rp 2.500 hingga Rp 3.000.

beritajogja.com

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kerajinan Bunga Kering Ramah Lingkungan"