Kiblat fashion dunia masih berada di Eropa yang jaraknya ribuan kilometer. Namun tak berarti tren fashion terkini akan lama tiba di Indonesia. Karena toh penggemarnya tak sedikit, apalagi jika fashion sudah menjadi bagian dari kebutuhan sehari-hari.
Peluang inilah yang ditangkap oleh ibu muda Sylvia Kwa. Sejak tujuh tahun silam, Via -begitu sapaan akrabnya- mulai membangun bisnis Butik Pakaian khas
Via pertama kali membuka butik di ITC Mangga Dua dengan niatan coba-coba. Hal ini didorong kegemarannya mengamati dunia fashion. Dua tahun setelahnya, Via sudah membuka cabang di Plaza Semanggi, salah satu pusat belanja teramai di kawasan pusat bisnis di Jakarta Selatan.
Untuk menjaring dan melayani sebanyak mungkin pelanggannya, Via membuka lima cabang. Dua di antaranya di Jakarta, yakni Mall Artha Gading dan Pluit Permai, dan satu toko di Singapura.
Via mengaku rutin mengisi butik dengan busana keluaran terbaru dari Paris setiap tiga bulan. Untuk busana impor dari Hongkong, Korea, dan Jepang, Via mendatangkan setiap sebulan sekali.
Karakter khas busana impor ini menjadi daya tarik tersendiri bagi penggemar fashion di pasar lokal, ujar Via, terutama untuk koleksi gaun terusan.
"Rancangan busana dari Asia lebih didominasi dengan gaya simpel dan cute. Sedangkan Eropa (dalam hal ini Paris, RED) mempunyai kesan glamor dengan warna berani, manik-manik, serta bebatuan menjadi ciri khasnya," papar Via kepada Kompas Female.
Kelebihan busana rancangan desainer Paris yang ditawarkan Via di butiknya adalah pada ukuran. Menurutnya, pelanggan puas karena rancangan Eropa masih bisa mengakomodasi kebutuhan perempuan bertubuh besar hingga XXL.
"Soal ukuran juga menjadi daya tarik utama rancangan Paris, karena konsep berbusana mereka memang bisa digunakan perempuan yang percaya diri dan ingin mengikuti tren meski bertubuh besar," kata Via.
Bisnis Butik Pakaian yang dimulai dari hobi ini berhasil menjaring pelanggan lokal sebesar 60 persen. Sedangkan sisanya, 40 persen, adalah para ekspatriat yang tinggal di Indonesia.
Lebih ekonomis
Pelayanan yang ramah menjadi kunci kesuksesan lainnya dari butik Supermodel. Pelanggan bisa dengan leluasa mencoba gaun atau atasan sebelum membeli.
"Kepuasan pelanggan membuat mereka kembali ke butik Supermodel begitu mencari kebutuhan busana, terutama gaun. Ini menjadi hal penting," kata Via.
Menurut Via, harga gaun di butiknya masih lebih ekonomis dibandingkan menjahit sendiri. Untuk menjahit gaun pesta misalnya, butuh budget di kisaran Rp 5 jutaan. Sedangkan gaun di Supermodel dipatok mulai Rp 1 jutaan.
Harga memang menjadi pertimbangan, namun jika sudah terobsesi rancangan Paris, rasanya bukan jadi soal. Meski begitu Via tetap peka melihat kebutuhan pasar. Pada hari raya seperti menjelang hari raya Idul Fitri, misalnya, butiknya menggelar diskon besar-besaran hingga 70 persen.
kompas.com
0 Response to "Usaha Butik Pakaian untuk Gaun Pesta"
Posting Komentar